NAMA : AGUS ALFARUKI
NPM : 13.13101.10.05
MATA
KULIAH :
NILAI DAN ETIKA LINGKUNGAN
EMAIL : alfarukiagus@yahoo.com
ALAMAT BLOG : www.agusalfaruki1981.blogspot.com
1. PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERKOTAAN DAN TAMAN
Latar
Belakang
Saat kita bicara mengenai sebuah lokasi capital country yang
paling diidamkan, jelas kita akan menjawab yang memang tentram, aman dan damai.
Jalanan lengang, hanya satu dua mobil yang melaju. Bis-bis yang tetap
dioperasikan hanya diisi segelintir penumpang. Kerumunan yang terlihat adalah
turis yang berfoto bersama di jalan-jalan. Semua kantor tutup. Beberapa pekerja
kebersihan dan instalasi terlihat sibuk melakoni tugasnya.
Begitulah yang dapat kita rasakan ketika kita
menginjakkan kaki di sebuah kota di wilayah Malaysia, yang sekarang menjadi daerah
baru sebagai ibu kota Negara. Kebanyakan penduduk Putrajaya adalah pegawai
pemerintah. Begitulah suasana kalau Sabtu dan Minggu, apalagi hari raya, banyak
yang pulang kampung untuk mudik.
Di sisi lain, suasana sepi makin menegaskan figur Putrajaya,
bangunan-bangunan megah bernuansa mediterania, jalanan lebar dan mulus, tata
kota yang teratur, taman serta tumbuhan di sana sini. Sebuah kota modern yang
ditata rapi. Dan itu menjadi daya tarik sendiri ketika kota cantik itu menjadi
kota tujuan wisata juga.
Wilayah Putrajaya yang dibangun dimulai dari nol di bekas
ladang sawit seluas 46 hektare. Jaraknya 25 km dari Kuala Lumpur, yang tetap
menyandang predikat sebagai ibu kota. Jarak yang makin terasa pendek karena
didukung sistem transportasi yang baik: kereta api dan bis yang menghubungkan
dengan daerah sekitar. Bis, taksi, dan boat melayani
perpindahan orang di dalam Putrajaya. Dengan pusat-pusat kerajaan, berkumpul
seperti ini makin memudahkan urusan. Di sini juga tidak ada macet seperti di
Kuala Lumpur. Meski ada juga yang menganggap pembangunan Putrajaya pemborosan.
Memang pembangunan Putrajaya menjadi Ibu kota sempat
menimbulkan kontroversi dan menuai banyak kritikan. Ada orang nilai mubazir.
“Tapi pikir 10-20 tahun, ke masa depan, ini amat berguna," kata dia, yakin
Putrajaya akan membangkitkan kemajuan ekonomi dan pembangunan di wilayah
sekitarnya.
Belajar Tata Ruang dari Malaysia ; Putrajaya, Kota
Pintar yang Hijau
Wetland merupakan
daerah yang menjadikan air sebagai faktor utama yang mempengaruhi lingkungan
serta jenis-jenis kehidupan tanaman dan hewan di dalamnya. Ini terjadi karena
muka air berada di atau dekat permukaan tanah, atau jika lahan tersebut
tertutup air dangkal.
Putrajaya mulai dibangun pada 1997 di Lembah Chuan
dan Sungai Bisa. Wilayah itu dulu berupa perkebunan kelapa sawit yang disebut
daerah Ladang Perang Besar. Pembangunan diawali dengan pendirian Masjid Putra
yang mampu menampung 15.000 orang. Kawasan ini dirancang menjadi Kota
Administratif Pemerintah Federal Malaysia yang modern dan terencana dengan
baik.
Putrajaya Wetland
merupakan wetland buatan,
meliputi serangkaian wetland
650 ha yang membentuk Putrajaya Wetland (4,581 ha), termasuk danau besar
Putrajaya. Ladang Perang Besar disetujui sebagai lokasi pembangunan Putrajaya
pada Juni 1993. Sebab, letaknya strategis, yakni sepanjang koridor pertemuan
antara Kuala Lumpur dengan Kuala Lumpur International Airport (KLIA) di Sepang.
Putrajaya adalah kota baru yang dikembangkan sebagai lokasi kantor Perdana
Menteri dan Kementerian Pemerintah, lembaga, dan badan-badan pemerintah untuk
mendukung administrasi yang lebih efisien dan terkoordinasi. Luas wilayah
pembangunan berikat itu total 4,581 ha dan diperkirakan akan dihuni 330.000
jiwa dalam 5-10 tahun mendatang.
Masterplan kota itu
didesain sepanjang sumbu axial yang
membentang dari timur laut ke tenggara, dirancang dengan sepenuhnya
memanfaatkan keunggulan alam sekitarnya. Sekitar 40% berupa kawasan ruang terbuka
hijau, yakni berupa taman, tumbuh-tumbuhan (botanical garden) yang terbentang di sepanjang wilayah
perencanaan Putrajaya. Selain itu, semakin diperindah lagi dengan danau buatan
dan wetlands.
Putrajaya menjadi sebuah model kota taman dengan
jaringan informasi canggih berdasarkan teknologi multimedia. Disebut "kota
taman pintar" yang pertama di Malaysia karena kota baru itu akan menjadi
katalis pembangunan yang vital sesuai dengan peranannya sebagai kota model,
pusat administrasi negara, serta tempat yang ideal untuk bertempat tinggal,
bekerja, berbisnis, berolahraga, dan rekreasi. Kawasan itu menjanjikan gaya
hidup yang nyaman dan berkualitas bagi penduduknya.
Kota Pintar
Sekitar 40% dari luas wilayah Putrajaya adalah
kawasan ruang terbuka hijau, yakni berupa taman, tumbuh-tumbuhan, serta danau
aliran air dan wetland,
yang semuanya mendukung pencapaian lingkungan yang lebih bersih dan sehat.
Kawasan ini adalah suatu contoh pembangunan yang ramah lingkungan.
Ada juga kawasan khusus yang ditujukan untuk konservasi
lingkungan. Di dalam bentuk alaminya, pelestarian tumbuhan dan tanaman untuk
kepentingan pendidikan dan riset. Danau buatan seluas 400 ha menjadi salah satu
pusat perhatian. Suatu kawasan wetland dikembangkan di batas utara
Putrajaya untuk mempertahankan kualitas air yang menuju danau. Sebagai kawasan
baru yang dikonsep sebagai kota pintar, daerah itu mampu menciptakan komunitas
yang terintegrasi menyeluruh secara elektronis dengan produksi dan pelayanan
dapat diakses kapan saja, di mana saja, dan oleh siapa saja.
Karena itu, di kawasan ini ada juga yang bernama
rumah pintar. Konsepnya, harus lebih merefleksikan suatu hunian yang mengurus
keluarga (home that takes care of the family) daripada keluarga yang
mengurus rumah (the family taking care of the home). Rumah itu
mengintegrasikan dan mengotomatiskan semua perkakas rumah tangga, keamanan,
pelayanan darurat, dan peralatan lain, serta memberi keleluasaan kepada
penghuni terbebas dari tugas-tugas rutin rumah tangga.
Masyarakat atau orang di Putrajaya harus bisa
mendapatkan akses kepada pelayanan umum dan informasi melalui komputer rumah,
komputer kantor, atau pun peralatan akses lain, yang biasa digunakan para
pemakainya.
Kawasan Pemerintah
Kawasan pemerintah adalah
kawasan yang diperuntukkan bagi pembangunan sejumlah kantor administrasi
Pemerintah Federal, termasuk kompleks kantor perdana menteri beserta kantor
kementerian. Kompleks kantor perdana menteri berlokasi di bagian atas kawasan
ini. Secara keruangan, hal itu merupakan simbol keberadaan titik terpenting di
kawasan itu dan Putrajaya.
Di Putrajaya juga terdapat kawasan pembangunan
campuran, Kawasan itu 155,2 hektare. Bentuk dan arsitekturnya memberi satu
karakter perkotaan kepada boulevard. Karakter kawasan ini
dibentuk oleh lokasinya. Kawasan pembangunan campuran ini terletak dekat
Dataran Putra, Masjid Putra, Taman Wawasan, dan tepi danau. Ada dua komponen
utama di kawasan pembangunan campuran ini, yakni Taman Wawasan dan boulevard.
Kawasan Civic dan Budaya, menyediakan tempat untuk
akivitas yang bisa membuat relaks. Kawasan ini diletakkan di bagian tengah di
sepanjang boulevard dan jembatan. Kawasan pembangunan
campuran berada di utaranya, dan kawasan komersial di sebelah selatan. Kawasan
Civic dan Budaya ini menempati area 140 hektare dengan 47% nya dialokasikan
untuk ruang terbuka dan public squares.
Kawasan Komersial
Sesuai dengan namanya,
kawasan komersial direncanakan untuk pembangunan gedung-gedung berlantai banyak
dan berkepadatan tinggi. Kawasan ini akan terlayani secara baik oleh jaringan
jalan lokal, ruang-ruang terbuka, dan kantong-kantong taman (pocket parks).
Di sekitar taman-taman inilah bangunan-bangunan
komersial berada. Dalam kawasan komersial ini dialokasikan juga
''kantong-kantong lahan'' sebagai penggunaan tempat tinggal yang bisa memberi
kepastian kawasan tersebut dapat ''hidup'' sepanjang waktu.
Kawasan komersial itu merupakan daerah seluas kurang
lebih 213 ha, sekitar 45% nya untuk lahan terbuka.
Olahraga dan Rekreasi
Kawasan Olahraga dan
Rekreasi, merupakan kawasan terluas kedua dan terakhir di core
area seluas
330 ha. Kawasan tersebut diperuntukkan bagi kegiatan rekreasi aktif atau pasif,
termasuk hiburan dan aktivitas sosial. Secara keruangan, kawasan ini menjadi
penghubung antara core
area dan peryphery kota
(pinggiran kota).
Karakter utama kawasan ini ditampilkan oleh dominasi
bangunan-bangunan olahraga dan rekreasi, serta bangunan pendidikan. Kawasan
tersebut merupakan akhir dari boulevard.
II. Pengelolaan LAYANAN
KESEHATAN DI MALAYSIA
Dalam sejarahnya,
pelayanan kesehatan di Malaysia telah melalui perubahan radikal. Pada masa
prakolonial awal, perawatan medis hanya terbatas pada obat tradisional yang
umum di kalangan populasi lokal, seperti Malaysia, Cina, dan kelompok etnis
lain. Kedatangan kolonialisme membawa praktik medis Barat ke negara ini. Sejak
kemerdekaan Malaysia pada Agustus 1957, sistem perawatan medis berubah secara
bertahap untuk memenuhi kebutuhan medis saat ini.
Malaysia, sebagai salah satu negara berkembang
paling dikenal di Asia, memiliki potensi luar biasa pada sektor yang kini
semakin penting berupa pariwisata medis. Pelayanan kesehatan di Malaysia, di
bawah tanggung jawab Kementerian Kesehatan, memiliki sistem layanan kesehatan
yang efisien dan luas, dengan mengoperasikan dua sistem pelayanan kesehatan ;
terdiri dari sistem pelayanan kesehatan umum yang dikelola pemerintah serta
sistem pelayanan kesehatan swasta yang berjalan berdampingan.
Semakin banyak rumah sakit swasta Malaysia yang
menawarkan keahlian dalam bidang medis, antara lain kardiologi, onkologi, bedah
estetika, bedah robotik, penanganan kesuburan, bedah bariatrik, ortopedi,
implantasi gigi, optalmologi, neurologi, dan prosedur estetika seperti bedah
akses minimal. Selain diatur oleh Kementerian Kesehatan, sebagian besar rumah
sakit ini juga memiliki akreditasi yang diakui internasional, misalnya, dari
Joint Commission International, yang mengakreditasi organisasi dan program
pelayanan kesehatan di Amerika Serikat.
Malaysia
saat ini memang tergolong sukses dalam menyediakan program wisata kesehatan
bagi penduduk Indonesia, yang sangat
mendambakan layanan prima dengan harga murah. Situs malaysiahealthcare
.com mencatat kunjungan turis untuk wisata kesehatan Malaysia ini secara
statistik terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Pada tahun
2007 saja tercatat 386.000 turis yang berobat ke Malaysia, dan meningkat
menjadi 410.000 pada tahun 2009. Dari total kunjungan wisata berobat itu, 70
persennya adalah dari Indonesia. Pendapatan yang diperoleh Malaysia dari sektor
wisata kesehatan ini juga relatif lumayan. Pada tahun 2006 tercatat Malaysia
memperoleh 167 juta ringgit atau 480
miliar rupiah lebih dari sektor ini dan meningkat dari tahun ke tahun. Karena
itu, diprediksi mencapai 6 triliun rupiah lebih tahun 2010.
Maka, dengan layanan medis di atas yang menyediakan
perawatan andal, aman, dan efektif dalam lingkungan nyaman dengan kemudahan
akses dan harga terjangkau, Malaysia jelas telah menjadi pilihan unggul untuk
pasien asing yang mencari perawatan kesehatan di luar negeri.
III. Perda Pembangunan di Malaysia
Secara umum perencanaan pembangunan
di Malaysia pada awalnya mengambil model Town and Country Planning Act
1968 yang diterapkan di Kerajaan Inggris. Dalam sistem ini,
perencanaan fiskal, sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup dilakukan di tingkat
nasional, wilayah, dan lokal. Bentuknya berupa rencana pembangunan lima tahun,
rencana pembangunan negeri, rencana pembangunan wilayah, serta rencana struktur
dan rencana terapan.
Namun, kini perencanaan kota di Malaysia berpedoman pada Akta Perencanaan
Bandar dan Desa 1976 atau Akta 172, serta Akta Wilayah Persekutuan Kuala Lumpur
1982 atau Akta 267. Berdasar kedua akta itu, perencanaan bandar dan desa di
Malaysia menerapkan sistem perencanaan struktur yang membagi rencana
pembangunan hanya dalam dua tingkatan, yakni rencana struktur dan rencana
tempatan.
Rencana struktur merupakan peraturan tertulis yang memuat dasar-dasar
pembangunan dan peruntukan lahan yang bersifat umum. Di Indonesia ini setingkat
dengan RT/RW atau rencana umum tata ruang (TUTR). Adapun
rencana tempatan mengatur lebih terperinci mengenai pembangunan suatu kawasan
sekaligus perincian lebih detail dari sebagian rencana yang tertuang dalam
rencana struktur. Di Indonesia ini setingkat dengan rencana detail tata ruang
(RDTR) atau rencana tata ruang kota (RTRK).
Doktrin perencanaan dan pembangunan Malaysia secara menyeluruh yakni Tiga
Hal atau Tiga Hubungan Keseimbangan, yakni ; hubungan manusia dengan Sang
Pencipta, manusia dengan manusia, dan manusia dengan alam
sekitar/lingkungannya. Konsep Tiga Hal di Malaysia
sebenarnya menjadi hal yang cukup menarik untuk diperhatikan. Doktrin itu tidak
sekadar menjadi aturan, tapi betul-betul diterapkan secara konsisten. misalnya
; Putrajaya Wetland yang dibangun pada 1997. Kawasan yang semula merupakan
''ladang perang besar'' tersebut kini menjadi pusat pemerintahan baru di negara
tersebut. Konsep Tiga Hal itu direalisasikan di Putrajaya dengan
membangun terlebih dulu Masjid Putra sebelum membangun fasilitas lain. Selain
bangunan fisik, penghijauan di Putrajaya juga membuktikan betapa penting
hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya.