Rabu, 07 Mei 2014

Kesehatan Lingkungan dengan Pendekatan Ekosistem


NAMA                   :  AGUS ALFARUKI
NPM                      :  13.13101.10.05
MATA KULIAH   :  NILAI DAN ETIKA LINGKUNGAN
EMAIL                  :  alfarukiagus@yahoo.com

Kesehatan Lingkungan
1. Latar Belakang
Semenjak umat manusia menghuni planet bumi ini, sebenarnya mereka sudah seringkali menghadapi masalah-masalah kesehatan serta bahaya kematian yang disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan hidup yang ada disekeliling mereka seperti benda mati, mahkluk hidup, adat istiadat, kebiasaan dan lain-lain. Namun oleh karena keterbatasan ilmu pengetahuan mereka pada saat itu, maka setiap kejadian yang luar biasa dalam kehidupan mereka selalu diasosiasikan dengan hal-hal yang bersifat mistik, seperti wabah penyakit yang berjangkit di suatu tempat dianggap sebagai kutukan dan kemarahan dewata.
Masa silih berganti, pada abad ke-19, terjadi Revolusi Industri di Inggris, era industrialisasi ini menimbulkan masalah baru pada masyarakat Inggris berupa munculnya daerah pemukiman kumuh, akumulasi buangan dan kotoran manusia, masalah sosial dan kesehatan terjadi di mana-mana terutama di kota-kota besar.
Pada tahun 1832, terjadi wabah penyakit kolera yang dahsyat di Inggris dan membawa banyak korban jiwa manusia, John Snow (1854) melakukan penelitian epidemiologik terhadap wabah kolera yang terjadi di Broad Street, London dan membuktikan bahwa penularan penyakit kolera yang terjadi di Inggris pada saat itu disebabkan oleh sumber air bersih yang dikonsumsi oleh masyarakat tercemar dengan bakteri Vibro-kolera. Mulai sejak itu, konsep pemikiran mengenai faktor-faktor lingkungan hidup eksternal manusia yang mempunyai pengaruh, baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap masalah kesehatan terus menerus dipelajari dan berkembang menjadi suatu disiplin ilmu yang disebut sebagai Ilmu Kesehatan Lingkungan atau Environmental Health.
Usaha-usaha yang dilakukan oleh individu-individu, masyarakat atau negara untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya masalah gangguan kesehatan oleh sebab faktor-faktor
lingkungan hidup eksternal manusia disebut Sanitasi Lingkungan atau Enviromental Sanitation.
         Kesehatan lingkungan dapat dilihat dari berbagai segi, tergantung dari mata angin yang ingin memulai. Kesehatan lingkungan dari “frame-work” melalui konsep pendekatan ekologis yaitu dikenal dengan “the nature of man environment relationship”, namun bagi pendekatan tersebut terakhir ini kesehatan lingkungan dilihat sebagai kumpulan program maupun kegiatan kesehatan dalam rangka upaya manusia melalui teknologisnya menciptakan suatu kondisi kesehatan yang kemudian dikenal sebagai kesehatan lingkungan.
Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dibidang lingkungan (Ekologi) kita lebih menekankan sistem tersebut pada arti interaksi antar elemen didalamnya. Interaksi yang senantiasa bersifat dinamis sehingga sering dijabarkan dalam pengertian “interactions between environment and mans biological system”
         Bertitik tolak dari model timbangan Gordon, kemudian dimodifikasikan pada suatu model lanjutannya dijelaskan oleh empat faktor, yaitu:
a.       Faktor penentu kahidupan atau life support
b.      Aktifitas manusia atau man’s activites
c.       Bahan buangan & residu karena kehadiran dan aktifitas manusia (residues and wastes)
d.      Gangguan lingkungan (environmental hazards)
         Di dalam kaitan ini, kesehatan lingkungan menempatkan dan menggantungkan diri pada keseimbangan ekologi, sehingga karenanya berusaha menjalin suatu keseimbangan interaksi manusia dengan lingkungannya pada taraf optimal dan batas-batas tertentu untuk menjamin kehidupan yang tetap sehat (well being). Kehidupan yang sehat meliputi baik dimensi kesehatan fisik, kesehatan mental maupun hubungan sosial yang optimal dengan lingkungan sekitar. Bila kondisi yang optimal dapat dicapai karena timbulnya interaksi yang “menekan” kehidupan, maka kesehatan lingkungan sampai batas-batas dimungkinkan dapat menyerasikan diri melalui berbagai upaya, yaitu ;
a.        Di mana dimungkinkan gangguan-gangguan yang dapat berakibat terhadap kesehatan  lingkungan perlu dicegah.
b.  Apabila gangguan tersebut telah ada, langkah berikutnya adalah mengusahakan mengurangi atau meniadakan efeknya terhadap kecenderungan timbulnya penyakit didalam masyarakat.
c.       Mengembangkan lingkungan yang sehat, khususnya pada daerah padat melalui sistem perencanaan dan pengendalian yang mudah terhadap pemukiman, perumahan dan fasilitas rekreasi yang sesungguhnya bisa menjadi pusat kunjungan manusia dan sumber penularan.
Dengan demikian pendekatan ekologis yang dapat dipertimbangkan sebagai masukan dalam suatu definisi kesehatan lingkungan. Kesehatan lingkungan yang mempunyai dimensi yang luas dan berbeda berdasarkan faktor kemampuan pelaksanaannya di masing-masing negara.

2.  Hubungan Ekologi, Ekosistem, Ilmu Kesehatan Lingkungan  
Konsep dasar ilmu sanitasi lingkungan berasal dari ilmu yang mempelajari hubungan total antara mahluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut Ekologi dan berkembang menjadi beberapa disiplin ilmu lain seperti ilmu lingkungan, ilmu kesehatan lingkungan.
Batasan dan definisi
Ekologi
Ernst Haeckel (1869), seorang ahli biologi bangsa Jerman menggunakan istilah Ekologi yang berasal dari kata Yunani “oikos “ berarti rumah atau tempat untuk hidup dan secara harifiah berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan total antara organisme dengan lingkungannya yang bersifat organik maupun anorganik.
Ekosistem
Tansley (1935), segala unsur yang ada di mana akan terjadi hubungan total antara mahluk hidup dengan lingkungan organik maupun anorganik pada suatu tempat tertentu disebut sebagai Ekosistem.
Contoh: ekosistem perairan tawar, perkotaan dan lain sebagainya.
Ilmu Lingkungan
Ilmu lingkungan adalah penerapan berbagai prinsip dan ketentuan ekologi dalam kehidupan manusia. Penerapan prinsip dan ketentuan ekologi dalam kehidupan manusia dapat berupa pendekatan dan metodologi yaitu :
1. Pendekatan Holistik
Pendekatan seutuhnya berupa proses analitik dan reduksionistik pada lingkungan (Odum dan Boyden)
2. Pendekatan Evolusioner
Pendekatan yang mengkaji evolusi yang terjadi pada para pelaku dalam lingkungan hidup, baik secara individual, populasi maupun komunitas.
3. Pendekatan Interaktif
Price, et al, (1983), mengkaji suatu kehidupan haruslah dilihat dari hubungan- hubungan interaktif antar komponen penyusun dan merupakan pendekatan dari buttom up untuk mengenal ekosistem atau lingkungan hidup dengan lebih baik.
4. Pendekatan Situasional
Jarvie, Papper dan Vayda, menganjurkan suatu pendekatan ekologi dengan cara memperhatikan perubahan situasi pada saat suatu permasalahan timbul.
5. Pendekatan Sosiosistem dan Ekosistem
Pendekatan dengan memisahkan lingkungan hidup kedalam suatu sistem sosial dan sistem alami serta mempelajarinya berdasarkan aliran materi, energi dan informasi dari keduanya akan menghasilkan proses seleksi dan adaptasi.
6. Pendekatan Peranan dan Perilaku Manusia
Mempelajari peranan manusia dalam program MAB (Man And Biosphere) atau pendekatan azas pemanfaatan oleh manusia (UNESCO, 1974).
7. Pendekatan Kontektualisasi Progresif
Pendekatan interdisipliner dan ditelusuri secara progresif, sehingga setiap permasalahan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik.
8. Pendekatan Kualitas Lingkungan
Merupakan kelanjutan pendekatan kontektualisasi progesif dan kemudian akan dikembangkan dalam penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL).

Ilmu Kesehatan Lingkungan
Adalah ilmu multidisipliner yang mempelajari dinamika hubungan interaktif antara sekelompok manusia atau masyarakat dengan berbagai perubahan komponen lingkungan hidup manusia yang diduga dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada masyarakat serta upaya untuk penanggulangan dan pencegahannya.

3. Perubahan Ekosistem Terhadap Kesehatan Lingkungan
Dari pendekatan ekologis, kesehatan lingkungan banyak tergantung dan dipengaruhi oleh berbagai ekosistem. Secara umum dapat dikatakan bahwa perubahan-perubahan yang masih dalam batas-batas wajar belum mendorong keseimbangan ekologis dan masih dapat ditolerir oleh kemampuan daya tahan  (eksistensi) organisme melalui mekanisme adaptasi.
Namun nanti bila keseimbangan kedua ini masih juga diperluas sampai batas tertentu barulah perubahan lingkungan dengan dampak stabilitasnya ini mengganggu kesehatan.
Dengan makin majunya kehidupan modern yang berlatar belakang konsumtif berkelebihan, timbulah kemudian berbagai industri, pusat-pusat pengembangan ekonomi dan lain-lain yang pada hakekatnya timbal-balik masih menimbulkan berbagai mata rantai perubahan terhadap ekosistem yang ditinggalkan. Perubahan yang mau tidak mau sesungguhnya banyak mempengaruhi keseimbangan kesehatan lingkungan.
Menurut teori, kesehatan lingkungan menempatkan dan menggantungkan diri pada keseimbangan ekologi agar terjalin satu keseimbangan antar manusia dengan lingkungan sekitar untuk menjamin lingkungan dan kehidupan yang sehat.
Tetapi pada kenyataannya hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitar merupakan “simbiosis paratisme“ atau lebih dikenal dengan hubungan yang merugikan, karena selama ini semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia dan aktifitasnya membawa dampak yang kurang sehat bagi lingkungan sekitar.
Sebagai contoh : banyak industri-industri yang ada menimbulkan pencemaran bagi lingkungan sekitar, baik pencemaran secara cair, pencemaran secara udara dan semua pencemaran tersebut nantinya akan menimbulkan dampak yang tidak sehat bagi manusia dan lingkungan sekitar. Meskipun selama ini pencemaran udara banyak ditimbulkan oleh industri-industri, tapi tidak menutup kemungkinan untuk kendaraan bermotor untuk mencemari lingkungan sekitar dan itu merupakan ancaman pencemaran terbesar untuk beberapa tahun kemudian.
a.    Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan dibidang lingkungan  akan  dapat menekan interaksi yang dinamis antara manusia dengan lingkungan.
b.      Kerugian terhadap adanya pencemaran udara yang ditimbulkan oleh industrialisasi maupun polutan akan menimbulkan perubahan suhu dan iklim udara, sehingga berpengaruh besar terhadap fisiologi tubuh.
c.      Pengerusakan sumber daya air oleh ekses industrialisasi harus dibatasi, karena dampaknya ikut memberi beban terhadap kepentingan kesehatan lingkungan.
d. Kerugian terhadap dampak “menu mewah” dan kelebihan nutrusi dapat lebih ditekan melalui penghematan nutrisi dan membiasakan hidup hemat sejak dini, dengan tidak melupakan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan oleh tubuh, sehingga kesehatan  manusia akan dapat lebih ditingkatkan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar